Fakta – fakta terkait tragedi kanjuruhan terus berusaha diungkap oleh Tim Gabungan Independen Pencari Fakta. Selain itu, tim juga melakukan kunjungan kepada korban luka, dengan kategori ringan, sedang, hingga berat.
“Saat bertemu dengan para saksi dan korban, berbagai alat bukti penting kami dapatkan. Ini nantinya akan memperkuat dan mempertajam analisis kami sehingga peristiwa Kanjuruhan ini dapat kami ungkap secara menyeluruh dan independen,” kata anggota TGIPF, Akmal Marhali, Senin, 10 Oktober 2022.
Akmal didampingi salah satu suporter Arema FC, Aremania, saat menemui beberapa korban dan saksi mata tragedi Stadion Kanjuruhan yang masih hidup. Akmal melihat luka korban mulai dari mata menghitam hingga memerah, kemudian ada yang masih merasakan dada sesak.
Korban pertama yang dikunjungi ialah, Fabianca Cheendy Chairun Nisa, 14. Korban ini mengalami pendarahan dalam mata, sesak napas, dan batuk-batuk.
Selanjutnya, dua bersaudara, Rafi Atta Dzia’ul Hamdi, 14, dan kakaknya, Yuspita Nuraini, 25. Sang adik mengalami pendarahan dalam mata dan kakaknya sampai detik ini masih batuk dan sesak napas.
Begitu juga M Iqbal, 16, yang juga mengalami pendarahan dalam mata serta luka-luka di kaki dan pinggang akibat terinjak-injak. Sementara Ahmad Afiq Aqli asal Jember masih dirawat dengan mata merah, kaki dan tangan patah. Semua gara-gara gas air mata.
“Rawat kontrol para korban harus juga menjadi perhatian semua pihak, termasuk efek trauma dan psikologis para korban, baik yang mengalami luka berat, sedang maupun yang luka ringan,” ungkap Koordinator Save Our Soccer ini.
Di sisi lain, TGIPF juga mengumpulkan berbagai informasi penting dari Aremania yang tergabung dalam Tim Gabungan Aremania yang bermarkas di kantor KNPI di Jalan Kawi, Kota Malang, Jawa Timur. Tim Gabungan Aremania ini menyampaikan harapan dan tuntutan kepada TGIPF.
“Kepada TGIPF teman-teman Aremania ramai-ramai menyampaikan kesaksian mereka secara bergantian dari berbagai tribun, juga tuntutan kepada penyelenggara kompetisi,” ujar Akmal.
Beberapa hari di Jawa Timur, selain bertemu korban dan sakti mata, TGIPF pun bertemu dengan semua unsur pengamanan terkait. Baik dari unsur kepolisian, Brimob, kemudian Panitia Pelaksana di lapangan.
Selain itu, tim juga sempat melihat lokasi terjadinya tragedi di Stadion Kanjuruhan. Khususnya beberapa pintu yang paling banyak menelan korban. Berbagai rekaman CCTV, selongsong gas air mata yang ditemukan di lapangan juga sudah diterima oleh TGIPF yang akan jadikan sebagai barang bukti, dan kemudian diolah oleh tim.